Senin, 11 April 2016

Sejarah Gedung Sate


[No. 001]
Judul: Sejarah Gedung Sate (The History of Gedung Sate) –bilingual-
Penulis:
Penerbit: Biro Humas, Protokol & Umum, Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat
Cetakan: n/a, 2013
Tebal & Ukuran: 32 halaman & (15,5 x 24) cm

Setiap kota pasti memiliki landmark, apalagi jika landmark kota tersebut termahsyur hingga ke daratan eropa, Gedung sate, sebuah gedung yang bukan hanya berfungsi sebagai pusat pemerintahan provinsi jawa barat, tetapi juga sebagai landmark dan etalase kota Bandung.

Buku sejarah gedung sate hadir sebagai salah satu sumber informasi tentang gedung yang monumental ini. diterbitkan oleh divisi humas dan protokoler sekda provinsi jabar dengan ukuran yang mudah dibawa dan dibaca sehingga memudahkan pembaca untuk menangkap informasi tentang gedung yang dikenal juga dengan istilah gedung gebe ini.


Pada bagian pertama disampaikan bahwa gedung sate didirikan pada 27 juli 1920 dan diperuntukkan sebagai pusat pemerintahan (Gouvernments Bedrijven), dari sinilah istilah Gedung GB (gebe) muncul. Hal ini dikarenakan pemerintah belanda menetapkan bandung sebagai pusat pemerintahan (ibu kota) negeri jajahannya di Indonesia. Perencanaan GB diketuai oleh Kolonel (purn) V.L. Slors dengan anggota Ir. J. Berger, lt. Eh. De Roo, dan In G. Hendriks, serta pihak Gemeete van Bandoeng. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Johana Cath. Coops, putri sulung walikota Bandung Saat itu, B, Coops dan Petronella Roelofsen, mewakili Gubernur Jenderal di Batavia. Pembangunan GB melibatkan 2000 pekerja, yang 150 diantaranya adalah pemahat atau ahli bongpay pengukir batu nisan yang didatangkan dari Konghu atau Kanton. sisanya, pekerja bangunan yang berpengalaman dalam membangun kampus ITB. Pembangunan GB dilakukan selama 4 tahun.


Pada bagian kedua dijelaskan tentang arsitektur gedung sate yang ternyata merupakan hasil pemilihan pemerintah belanda terhadap usulan-usulan para arsitek saat itu. Karya dengan nuansa wajah arsitektural tradisional milik Ir. J. Berger merupakan karya terpilih. Pilihan itu tak lepas dari masukan maestro arsitek belanda Dr. Hendrik Petrus Berlage. Bahkan dua arsitek belanda Cor Pashier dan Jan Wittenberg mengatakan bahwa GEdung Sate adalah gaya hasil eksperimen indah yang mengarah pada gaya arsitektur Indo Eropa (Indo Europeeschen architectuur Stijl). Seorang D. Ruhl dalam bukunya "Bandoeng en haar Hoogvlakte" (1952) menyatakan bahwa "Gedung sate adalah bangunan terindah di Indonesia (het mooistr gebouw van indonesie)". Tokoh lain yang juga menyampaikan kesannya terhadap gedung sate diantaranya adalah Dr. H.P. Berlage, Slamet Wirasonjaya, dan Haryoto Kunto. Dari sisi konstruksi, bangunan gedung sate lebih banyak menggunakan batu alam dan bata dibanding beton, namun karena proses pembangunannya ditangani secara profesional, bangunan tersebut masih kokoh hingga saat ini. Batu bahan utama pembangun gedung diambil dari kawasan perbukitan batu Arcamanik san gunung manglayang yang diangkut melalui kereta gantung hingga Cihaurgeulis sebelum diangkut menggunakan lori ke lokasi pembangunan. Tahun 1924, Gedung sate digunakan oleh departemen lalu lintas dan pekerjaan umum. Pembangunan pusat pemerintahan dihentikan karena resesi ekonomi. Pada tahun 1945, terjadi peperangan dengan adanya korban 7 orang pemuda saat mempertahankan gedung sate dari pasukan gurkha, dan untuk mengenang mereka, dibuatkan monumen.


Pada bagian ketiga, disampaikan mengenai gedung sate di masa kini. Gedung sate menjadi pusat pemerintahan  setelah pusat pemerintahan dipindahkan dari Gedung Kertamukti dekat Jalan Braga sejak tahun 1980 hingga kini. Renovasi terus dilakukan untuk menjaga keindahan gedung ini, karena selain pusat pemerintahan juga digunakan untuk menerima tamu negara. Taman-taman di sekitar gedung sate tetap dirawat agar tetap menunjang keindahan gedung sate.

Setiap bagian dalam buku ini hadir untuk memberikan penjelasan dengan alur yang mudah, sejarah pendirian, proses pendirian/pembangunan hingga pemanfaatannya. buku ini dikemas sedemikian rupa agar pembaca mudah menangkap dan mendapatkan informasi yang penting tentang gedung sate.

Banyak buku lain yang juga mengupas tentang gedung sate, tapi yang menjadi menarik adalah mengapa jumlah anak sate di atas gedung ini ada 6 buah, pada buku ini disampaikan bahwa hal tersebut berasal dari 6 juta gulden pembiayaan kompleks gedung ini. masih banyak hal yang menarik tentang gedung sate ini, namun setidaknya buku ini hadir sebagai sumber informasi dasar yang harus diketahui tentang gedung sate.

@roisz

1 komentar:

  1. kagum ngebayangin jmn dl mindah2in batu pake kereta gantung dr gunung manglayang ke gedung sate...

    BalasHapus